BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pembahasan
dan pendekatan behavioral menekankan arti penting dari bagaimana anak membuat
hubungan antara pengalaman dan perilaku. Para ahli psikologi penganut faham ini
diantaranya, adalah Burrhus Frederick Skinner dengan Pengkondisian operan (Operan Conditioning)-nya.
Beberapa perilaku manusia jelas didorong oleh rangsangan
tertentu. Sepertihalnya anjing Pavlov, kita mengeluarkan air liur ketika kita
lapar san melihat makanan yangmengundang selera. Kita juga memberikan
kredibilitas pada penekanan awal Thorndike pada perilaku fleksible ketika kita
mempelajari sesuatu – seperti bagaimana naik sepeda – dengan begitu sehingga
otak menanggapinya dengan refleks. Namun , B.F. Skinner berpendapat bahwa
perilaku refleks hanya sebagaian kecil dari tindakan. Skinner mengusulkan
kelompok perilaku lain, yang dia namai perilaku operan ( operant behavior)
karena perilaku tersebut berlangsung pada lingkungan dalam ketiadaan nyata satu
pun rangsangan tanpa dikondisikan, seperti makanan.
Karya Skinner
berpusat pada hubungan antara perilaku dan konsekuensinya. Misalnya, apabia
perilaku seseorang langsung diikuti oleh konsekuensi yang menyenangkan, orang
itu akan lebih sering terlibat dalam perilaku tersebut. Penggunaan konsekuensi
yang menyenangkan dan tidak menyenangkan untuk mengubah perilaku sering disebut
pengkondisian operan (operant conditioning). Maka dari itu untuk mengetahui
lebih lanjut mengenai apa itu teori pengkondisian operan (operant conditioning)
akan di bahas dalam makalah ini. Pengkondisian operan atau pengkondisian operan adalah
suatu proses penguatan perilaku operan meliputi penguatan positif atau negatif
yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau
menghilangkan sesuai dengan keinginan. Penguatan disini dibedakan menjadi dua
bagian, yaitu penguatan positif dan negatif.
B.
Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan yang dapat
dirumuskan dalam pembuatan makalah ini antara lain untuk mengetahui:
1.
Biografi Tokoh (Burrhus Frederic Skinner)
2.
Latar belakang teori belajar pengkondisian operan
3.
Kajian teoritis tentang teori belajar pengkondisian operan
4.
Penerapan teori belajar pengkondisian operan dalam
pembelajaran
BAB
II
PEMBAHASAN
MASALAH
A.
Biografi Tokoh (Burrhus Frederic
Skinner)
Burrhus Frederic Skinner (1904-1990) adalah seorang psikolog Amerika Serikat terkenal dari aliran
behaviorisme. Inti pemikiran Skinner adalah
setiap manusia bergerak karena mendapat rangsangan dari lingkungannya. Sistem
tersebut dinamakan "cara kerja yang menentukan" (pengkondisian
operan). Setiap makhluk hidup pasti selalu berada dalam proses
bersinggungan dengan lingkungannya. Di dalam proses itu, makhluk hidup menerima
rangsangan atau stimulan tertentu yang membuatnya bertindak sesuatu. Rangsangan
itu disebut stimulan yang menggugah. Stimulan tertentu menyebabkan manusia
melakukan tindakan-tindakan tertentu dengan konsekuensi-konsekuensi tertentu.
Skinner
lahir pada tanggal 20 Maret 1904 di kota Susquehanna, Pennsylvania, Amerika Serikat. Ia menempuh
pendidikan dalam bidang Bahasa Inggris dari Hamilton College. Ayahnya adalah
seorang pengacara, dan ibunya adalah seoarang ibu rumah tangga. Skinner mendapat gelar BA-nya dalam sastra
Bahasa
Inggris
tahun 1926 dari Presbyterian-founded Humilton College. Pada tahun 1928, ia melamar masuk program pasca
sarjana psikologi Universitas Harvard. Ia memperoleh MA pada tahun 1930 dan Ph.D pada
tahun 1931. Pada tahun 1945,
dia menjadi kepala departemen psikologi Universitas Indiana. Kemudian 3 tahun
kemudian, dia diundang untuk datang lagi ke Universitas Harvard. Di universitas
tersebut dia menghabiskan sisa karirnya. Ia paling
sering melakukan penelitiannya dengan subjek tikus dan burung dara, karena ia
menganggap prinsip yang sama dapat diaplikasikan kepada manusia. Skinner sudah menulis berbagai buku. Ia menjadi salah
satu penulis psikologi terbaik. Salah satu karyanya yang terkenal adalah Walden
II. Pada tanggal 18 Agustus 1980, Skinner meninggal dunia karena Leukemia. Seperti para penganut psikologi
modern, Skinner mengadakan pendekatan behavioristik untuk menerangkan tingkah
laku. Skinner menerbitkan bukunya yang berjudul The Behavior of Organism pada tahun 1938. Dalam
perkembangan psikologi belajar, ia mengemukakan teori operant conditioning.
B.
Latar Belakang Teori Belajar
Pengkondisian Operan
Asas pengkondisian operan B.F Skinner dimulai awal tahun 1930-an, pada
waktu keluarnya teori S-R. Pada waktu keluarnya teori-teori S-R. pada waktu itu
model kondisian klasik dari Pavlov telah memberikan pengaruh yang kuat
pada pelaksanaan penelitian. Istilah-istilah seperti cues
(pengisyratan), purposive behavior (tingkah laku purposive) dan drive
stimuli (stimulus dorongan) dikemukakan untuk menunjukkan daya suatu
stimulus untuk memunculkan atau memicu suatu respon tertentu.
Skinner tidak sependapat dengan pandangan S-R dan penjelasan reflex
bersyarat dimana stimulus terus memiliki sifat-sifat kekuatan yang tidak
mengendur. Menurut Skinner penjelasan S-R tentang terjadinya perubahan tingkah
laku tidak lengkap untuk menjelaskan bagaimana organisme berinteraksi dengan
lingkungannya. Bukan begitu, banyak tingkah laku menghasilkan perubahan atau
konsekuensi pada lingkungan yang mempunyai pengaruh terhadap organisme dan
dengan begitu mengubah kemungkinan organisme itu merespon nanti.
Asas-asas kondisioning operan adalah kelanjutan dari tradisi yang
didirikan oleh John Watson. Artinya, agar psikologi bisa menjadi suatu ilmu,
maka studi tingkah laku harus dijadikan fokus penelitian psikologi. Tidak
seperti halnya teoritikus-teoritikus S-R lainnya, Skinner menghindari
kontradiksi yang ditampilkan oleh model kondisioning klasik dari Pavlov dan
kondisioning instrumental dari Thorndike. Ia mengajukan suatu paradigma yang
mencakup kedua jenis respon itu dan berlanjut dengan mengupas kondisi-kondisi
yang bertanggung jawab atas munculnya respons atau tingkah laku operan.
C.
Ekserimen Tentang Teori Belajar
Pengkondisian Operan
Pengkondisian ini pada
awalnya diselidiki oleh E. L. Thorndike. Skinner berusaha
menegakkan tingkah laku lewat studi mengenai belajar secara operan. Operan adalah memancarkan, maksudnya organisme melakukan sesuatu tanpa perlu adanya stimulus
pendorong. Operan dapat
dipelajari bebas dari kondisi-kondisi perangsang yang membangkitkan. Organisme
selalu dalam proses “operating” dalam lingkungannya. Organisme melakukan apa
yang ingin dilakukan. Selama “operating”, organisme akan bertemu dengan
stimulus-stimulus, yang disebut reinforcing stimulus (stimulus
penguat).
Stimulus-stimulus tersebut
mempunyai pengaruh dalam menguatkan tingkah laku yang muncul sebelum reinforcer.
Jadi yang dimaksud dengan operant
conditioning adalah sebuah
tingkah laku diikuti dengan sebuah konsekuensi, dan konsekuensi-konsekuensi
tersebut dapat merubah kecenderungan organisme yang mungkin akan mengulang
tingkah laku tersebut di masa datang.
Operant
Conditioning adalah
suatu proses perilaku operant ( penguatan positif atau negatif) yang
dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang
sesuai dengan keinginan. Menurut
Skinner unsur yang terpenting dalam belajar adalah adanya penguatan (reinforcement ) dan hukuman (punishment). Penguatan (reinforcement) adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas
bahwa suatu perilaku akan terjadi. Penguatan dibagi menjadi dua bagian
yaitu :
1.
Penguatan
Positif
Penguatan positif adalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi
respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding). Bentuk-bentuk penguatan positif
adalah berupa hadiah (permen, kado, makanan, dll), perilaku (senyum,
menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol),
atau penghargaan (nilai A, Juara 1 dsb).
2. Penguatan Negatif
Penguatan negatif adalah penguatan berdasarkan
prinsif bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan
stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan). Bentuk-bentuk penguatan negatif
antara lain: menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau
menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa
dll).
Pengkondisian operan seperti yang
telah dijelaskan di atas berhubungan dengan perilaku operan. Perilaku operan
adalah perilaku yang dipancarkan secara spontan dan bebas. Hal ini berbeda
dengan perilaku responden dalam pengkondisian Pavlov yang muncul karena adanya
stimulus tertentu. Contoh perilaku operan yang mengalami penguatan adalah: Anak
kecil yang tersenyum mendapat permen dari orang dewasa yang gemas melihatnya,
maka anak tersebut cenderung mengulangi perbuatannya yang semula tidak
disengaja atau tanpa maksud tertentu. Tersenyum adalah perilaku operan dan
permen adalah penguat positifnya.
Selain
ada penguatan (reinforcement), juga
dada hukuman (punishment) dalam teori
ini. Hukuman (punishment) adalah
konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku. Penghukuman (punishment) tidak boleh disamakan dengan penguatan
negatif. Penguatan negatif cenderung menghindarkan seseorang dari stimuli yang
berkebalikan sementara penghukuman malah menyajikan stimulus yang berkebalikan.
Meskipun penghukuman tidak memperkuat respon namun penghukuman juga tidak
melemahkannya.
Berikut adalah perbandingan mengenai perbedaan penguatan
positif, penguatan negatif, dan hukuman:
|
PERILAKU
|
KONSEKUENSI
|
PERILAKU KE DEPAN
|
PENGUATAN POSITIF
|
Murid mengajukan
pertanyaan yang bagus
|
Guru menguji
murid
|
Murid mengajukan
lebih banyak pertanyaan
|
PENGUATAN NEGATIF
|
Murid menyerahkan
PR tepat waktu
|
Guru berhenti menegur murid
|
Murid makin sering menyerahkan PR tepat waktu
|
HUKUMAN
|
Murid menyela guru
|
Guru mengajar murid langsung
|
Murid berhenti menyela guru
|
Burrhus Frederic Skinner
(1904-1990) yang berkebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh behavioris yang
terkenal melalui pendekatan model instruksi langsung (directed instruction). Skinner meyakini bahwa perilaku dikontrol
melalui proses pengkondisian operan. Gaya mengajar guru dilakukan dengan
beberapa pengantar secara terarah dan dikontrol oleh guru melalui pengulangan (drill) dan latihan (exercise).
Dalam merumuskan teorinya, Skinner
memuat eksperimen sebagai berikut:
Dalam laboratorium, Skinner
memasukkan tikus yang telah dilaparkan ke dalam sebuah kotak yang disebut
dengan “Skinner box”. Kotak tersebut telah dilengkapi dengan berbagai
peralatan, yaitu tombol, alat pemberi makanan, penampung makanan, lampu yang
dapat diatur nyalanya, dan laintai yang dapat dialiri listrik.
Tikus yang berada dalam kotak tersebut tidak bisa
keluar. Karena dorongan lapar(hunger drive), tikus berusaha keluar untuk
mencari makanan. Selama tikus bergerak kesana kemari untuk keluar box, tidak
sengaja ia menekan tombol, makanan keluar. Setelah itu, tikus tersebut akan mulai sering menekan balok
itu sehingga setiap saat ia akan memperoleh makanan. Imbalan berupa makan itu
telah mengkondisikan perilaku tikus tersebut yang mempersering menekan balok
dan mengurangi semua perilaku lain, seperti berputar-putar mengelilingi kotak
tersebut. Pada waktu-waktu selanjutnya, pelaku eksperimen dapat mengembangkan
eksperimennya. Tempat makanan dapat
dibentuk sedemikian rupa sehingga membutuhkan beberapa kali menekan tombol
untuk mendapatkan makanan, namun tekanan lain tidak menghasilkan makanan. Pada
kasus-kasus tersebut, perilaku tikus akan dicatat. Eksperimen
pada tikus membuktikan bahwa suatu tingkah laku yang diikuti oleh stimulus
penguat akan meningkatkan kemungkinan munculnya kembali tingkah laku tersebut
di masa depan.
Dari eksperimen di atas, Skinner
menyatakan bahwa manajemen kelas adalah
berupa usaha untuk memodifikasi perilaku (behaviour
modification) antara lain dengan proses penguatan (reinforcement) yaitu memberi penghargaan pada perilaku yang
diinginkan dan tidak memberikan imbalan apapun pada perilaku yang tidak tepat.
Penghargaan dapat berupa ganjaran atau penguatan. Ganjaran merupakan proses
yang sifatnya menggembirakan dan merupakan tingkah laku yang sifatnya
subjektif, sedangkan penguatan merupakan sesuatu yang mengakibatkan
meningkatnya kemungkinan terjadinya suatu respon dan lebih mengarah kepada
hal-hal yang sifatnya dapat diamati dan diukur.
D.
Aplikasi Teori Belajar
Pengkondisian Operan Dalam Pebelajaran
Beberapa aplikasi teori belajar Skinner dalam pembelajaran adalah sebagai
berikut:
1. Bahan yang dipelajari
dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.
2. Hasil berlajar harus
segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan jika benar
diperkuat.
3. Proses belajar harus
mengikuti irama dari yang belajar.
4. Materi pelajaran
digunakan sistem modul.
5. Tes lebih ditekankan
untuk kepentingan diagnostic.
6. Dalam proses
pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
7. Dalam proses
pembelajaran tidak dikenakan hukuman.
8. Dalam pendidikan
mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar tidak
menghukum.
9. Tingkah laku yang
diinginkan pendidik diberi hadiah.
10. Hadiah diberikan
kadang-kadang (jika perlu)
11. Tingkah laku yang
diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat mencapai tujuan.
12. Dalam pembelajaran
sebaiknya digunakan shaping.
13. Mementingkan
kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah laku operan.
14. Dalam belajar
mengajar menggunakan teaching machine.
15. Melaksanakan mastery
learning yaitu mempelajari bahan secara tuntas menurut waktunya
masing-masing karena tiap anak berbeda-beda iramanya. Sehingga naik atau tamat
sekolah dalam waktu yang berbeda-beda.
Ada lima strategi pengkondisian
operan untuk mengembangkan perilaku yang diharapkan dari anak-anak:
1. Memilih
penguatan yang efektif.
Untuk
mendapatkan penguatan yang efektif bagi setiap peserta didiknya, guru harus
mengetahui apa yang dapat memotivasi peserta didiknya. Untuk menghindari
kebosanan terhadap penguatan yang itu-itu saja, perlu dicari strategi
penguatan-penguatan lain mungkin dengan cara bertanya pada peserta didiknya
secara langsung tentang apa yang dia sukai namun sulit untuk ia dapatkan.
2. Membuat
penguat kontingen dan tepat waktu.
Agar pemberian
penguat bekerja secara efektif, guru hanya perlu memberikan penguat setelah
peserta didiknya melakukan perilaku yang diharapkan. Hal itu akan membantu
peserta didik untuk melihat dengan jelas hubungan kontingensi anatara hadiah
yang diperolehnya dengan perilaku yang telah ia lakukan.
3. Menjadwal
Penguatan
Penguatan tidak
harus selalu dilakukan secara berkesinambungan. Bila penguatan selalu dilakukan
dengan berkesinambungan, peserta didik akan belajar menyesuaikan perilakunya
dengan cepat. Namun setelah penguatan dihentikan, peserta didik akan sulit
menyesuaikan perilakunya. Jadi, pemberian penguatan hanya harus dilakukan
secara terjadwal. Maksudnya adalah penguatan tidak dilakukan setiap kali
peserta didik melakukan hal yang diharapkan, melainkan setelah peserta didik
beberapa kali melakukan hal yang diharapakan (misalnya setiap setelah empat
kali melakukan yang diharapkan, guru baru akan memberikan pujian).
4. Menggunakan
penguatan negatif yang efektif.
Guru yang
mengatakan pada siswanya, “Andi, duduklah di tempatmu dan kerjakan tugasmu sekarang
juga.” Guru tersebut sedang membuat penguatan negatif. Hal ini sangat tidak
nyaman bagi Andi, karena ia mengerjakan tugas sendirian sementara
teman-temannya asyik bermain. Hal ini akan mudah dihadapinya bila ia cepat
menyelesaikan tugasnya. Namun, dalam penggunaan penguatan negatif ini juga ada
efek negatifnya. Kadang bila guru menggunakan penguatan negatif, peserta didik
akan marah. Maka guru perlu berhati-hati menggunakan penguatan negatif ini.
5. Menghilangkan
perilaku yang tidak diinginkan.
Bila seorang
guru ingin menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan dari seorang peserta
didiknya, Paul Alberto dan Anne Troutman (1995) merekomendasikan peserta didik
suatu model bagaimana berperilaku di luar kontrol untuk menangani situasi yang
penuh stres. Hukuman hanya akan membangkitkan rasa marah dan dendam dalam diri
peserta didik bukan membangkitkan perasaan positif. Selain itu, hukuman juga
hanya mengajarkan kepada peserta didik untuk menghindari sesuatu dan bukan
untuk membuat sesuatu itu menjadi lebih baik. Sebagai contoh guru mengatakan
“Jangan mengganggu temanmu seperti itu! Itu tidak baik.” Nah, kata-kata seperti
itu hanya akan membuat seorang anak menghindari sesuatu, bukan untuk membuat
sesuatu menjadi lebih baik. Anak-anak yang telah dihukum biasanya akan
mengalami kecemasan dan ketakutan serta gejolak emosi yang kuat. Maka sebaiknya
guru menambahkan kata-kata, “Mengapa kamu tidak mencoba untuk bermain ataupun
belajar bersama temanmu itu?”
Meskipun contoh penguatan tersebut dikenakan pada mahasiswa,
hasilnya tidak akan berbeda jika dikenakan pada anak sekolah dasar. Contoh
tersebut selaras dengan pendapat Skinner, bahwa penguatan akan berbekas pada
diri peserta didik. Mereka yang mendapat pujian setelah berhasil menyelesaikan
tugas atau dapat menjawab pertanyaan biasanya akan berusaha memenuhi tugas
berikutnya dengan penuh semangat. Penguatan yang berbentuk hadiah atau pujian
akan memotivasi anak untuk rajin belajar dan untuk mempertahankan prestasi yang
diraihnya.
Oleh
karena penguatan akan berbekas kepada peserta didik, sedangkan hasil penguatan
yang diharapkan adalah positif, maka penguatan yang diberikan harus
teralamatkan pada respon anak didik yang benar. Guru hendaknya jangan
memberikan penguatan atas respon peserta didik jika respon tersebut sebenarnya
tidak perlu dilakukan.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah di paparkan dalam makalah ini maka dapaat di
tarik beberapa kesimpulan di antaranya :
1.
Burrhus Frederic Skinner merupakan salah satu tokoh dari
aliran pembeajaran behavioristik yang terkenal dengan teori belajarnya, yakni
teori belajar pengkondisian operan.
2.
Asas pengkondisian operan B.F Skinner dimulai awal tahun 1930-an, pada
waktu keluarnya teori Stimulus and
Response (S-R).
3.
Banyak tingkah laku menghasilkan perubahan atau konsekuensi pada
lingkungan yang mempunyai pengaruh terhadap organisme dan dengan begitu
mengubah kemungkinan organisme itu merespon nanti.
4.
Perilaku
dikontrol melalui proses pengkondisian operan. Gaya mengajar guru dilakukan dengan
beberapa pengantar secara terarah dan dikontrol oleh guru melalui pengulangan (drill) dan latihan (exercise).
5.
Seperti halnya dengan teori-teori belajar yang lainnya, teori
belajar pengkondisian operan juga memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan.
6.
Oleh karena penguatan akan berbekas kepada peserta didik, sedangkan hasil
penguatan yang diharapkan adalah positif, maka penguatan yang diberikan harus
teralamatkan pada respon anak didik yang benar. Guru hendaknya jangan
memberikan penguatan atas respon peserta didik jika respon tersebut sebenarnya
tidak perlu dilakukan.
B.
SARAN
Sebagai calon guru Sekolah Dasar mahasiswa hendaknya
perlu memahami pentingnya pemahaman tentang teori belajar pengkondisian operan
dan penerapannya. Setiap mahasiswa di harapkan dapat memahami tentang teori
belajar pengkondisian operan (operan conditioning) sehingga di harapkan mampu untuk dapat
mengaplikasikannya kelak menjadi guru SD.
Pemahaman ini dapat menunjang kreatifitas pendidik dalam
menyampaikan materi agar peserta didik dapat memahami materi yang di berikan.
Sehingga dapat juga menunjang keberhasilan dalam pelaksanaan pembelajaran dan
tujuan pembelajaran dapat tercapai.
DAFTAR
PUSTAKA
Fidelis E. Warawu, dkk. 2004. Jurnal Provitae. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara dan Yayasan Obor Indonesia.
Joko
Winarto. 2011. Teori B.F. Skinner. http://edukasi.kompasiana.com/2011/02/13/teori-bf-skinner/. Diakses pada 11 Oktober 2011 pukul 20:59.
Asih
Lestari. 2010. Berpikir dan Belajar. http://edukasi.kompasiana.com/2010/12/07/berpikir-dan-belajar/. Diakses pada tanggal 11 Oktober 2011 pukul
21:25.
Anonim.
Burhuss Frederic Skinner. http://www.psychologymania.com/2010/03/burrhus-frederick-skinner-tokoh.html. Diakses pada tanggal 11 Oktober 2011 pukul
21:01.
Robert
E. Slavin. 2008. Psikologi Pendidikan
Teori dan Praktek. Jakarta : PT Indeks.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar